Istilah diaspora akhir-akhir ini cukup populer karena dunia sepak bola kita sedang booming, karena untuk pertama kalinya berkesempatan masuk pada babak kualifikasi road to piala dunia 2026. Pada dasarnya diaspora Indonesia adalah istilah yang digunakan bagi mereka warga negara Indonesia yang tinggal dan menetap di luar negeri. Dalam hal ini berlaku bagi para pemain naturalisasi yang berkarier di Eropa namun hatinya merah putih.
Kecintaan Luar Biasa pada Merah Putih
Pemain diaspora Indonesia, kali ini kita membahas pemain naturalisasi Indonesia yang berkarir di Belanda dan Eropa serta sekitarnya sudah dipastikan mempunyai kecintaan yang luar biasa terhadap merah putih. Karena pada dasarnya mereka harus melepas warga negara mereka sendiri dan tahu benar konsekuensinya menjadi warga negara asing tempat biasa mereka berkarier.
Karena ketatnya jadwal bermain baik itu di klub maupn di timnas Garuda, mau tidak mau bolak-balik Indonesia dan Belanda harus dilakoni. Bahkan menurut Erick Thohir ada yang masih capek dan cedera sedikit, tapi dipanggil untuk latihan di Indonesia, kemudian harus melewati penerbangan panjang.
Tidak dibayar Sepersen pun
Menurut Erick Thohir, seluruh pemain naturalisasi benar-benar tidak dibayar sepersen pun. Hati mereka benar-benar hanya untuk merah putih, pengorbanan untuk merah putih saja. Mantan presiden Inter Milan tersebut menambahkan, tidak ada kompensasi apapun untuk para pemain naturalisasi.
Namun pada dasarnya ada biaya administrasi yang harus dikeluarkan oleh PSSI dimana ada biaya yang memang tidak dapat terhindarkan. Seperti akomodasi, konsumsi, serta beberapa administrasi yang harus diurus, namun bukan untuk membayar pemain. Hal ini juga diperkuat dari beberapa artikel yang pernah saya baca terkait pemain naturalisasi.
Jadi harus dipahami guys pemain naturalisasi itu memang sudah Indonesia banget, hatinya benar-benar sudah merah putih sekali. Pengorbanan sudah dilakukan, tinggal menunggu usaha dan hasil saja.
